Tahukah kamu siapa orang gila pertama di dunia yang mengalami sakit jiwa? Ini bukan sekadar pertanyaan aneh, melainkan topik serius yang pernah dibahas oleh banyak ilmuwan dan sejarawan dalam berbagai jurnal sejarawan terkenal. Gangguan jiwa bukanlah fenomena modern. Justru, catatan sejarah kuno membuktikan bahwa penyakit kejiwaan sudah ada sejak ribuan tahun lalu.
Sejarah Awal Gangguan Jiwa dalam Peradaban Manusia
Sejak zaman Mesopotamia, manusia sudah mengenal gangguan mental. Sayangnya, pada masa itu, penderita dianggap kerasukan roh jahat.
“Dalam kebudayaan kuno, penyakit jiwa sering kali dikaitkan dengan kekuatan supranatural dan kutukan para dewa,” ujar Prof. David L. Neiberg, pakar sejarah medis dari Oxford University.
Pada masa itu, perawatan yang diberikan sangat tidak manusiawi. Mereka yang menderita gangguan mental dikurung, dirantai, atau bahkan dibuang ke hutan. Inilah masa kelam dalam sejarah medis yang masih terus dikaji dalam berbagai jurnal sejarawan.
Kandidat Kuat: Siapa Orang Gila Pertama di Dunia?
Sejumlah jurnal sejarawan menyebutkan nama Nebuchadnezzar II, Raja Babilonia, sebagai kandidat kuat orang gila pertama di dunia yang mengalami sakit jiwa. Dalam Kitab Daniel di Alkitab, disebutkan bahwa sang raja mengalami delusi dan hidup seperti binatang selama tujuh tahun.
“Deskripsi Nebuchadnezzar cocok dengan gangguan yang dikenal sekarang sebagai zoanthropy,” tulis Dr. Henry Kellerman dalam bukunya Personality: How It Forms.
Zoanthropy adalah kondisi mental langka di mana seseorang percaya bahwa dirinya adalah binatang. Meski terdengar aneh, kasus ini masih terjadi di era modern.
Pandangan Sejarawan dan Psikiater Modern
Berdasarkan jurnal sejarawan modern, sebagian besar ahli meyakini bahwa gangguan jiwa pertama kali tercatat secara medis dalam teks Mesir kuno sekitar 1500 SM. Papirus Ebers, salah satu naskah medis tertua di dunia, sudah mencatat gejala seperti depresi dan delusi.
Di sisi lain, Dr. Emil Kraepelin—bapak psikiatri modern—berpendapat bahwa gangguan jiwa adalah kondisi biologis yang bisa dijelaskan melalui ilmu kedokteran. Pendapat ini menggeser anggapan lama bahwa orang gila disebabkan oleh kutukan atau dosa.
Evolusi Penanganan Sakit Jiwa dari Masa ke Masa
Perjalanan waktu membawa perubahan besar dalam cara manusia memperlakukan penderita gangguan mental. Dari era pengusiran setan di abad pertengahan hingga metode terapi kognitif di abad ke-21, dunia medis telah berkembang pesat.
Abad Pertengahan: Penderita Dianggap Kutukan Tuhan
Di Eropa abad pertengahan, orang gila pertama di dunia yang mengalami sakit jiwa bisa saja dibakar hidup-hidup. Kala itu, gangguan jiwa dikaitkan dengan ilmu hitam atau dosa besar.
Revolusi Industri: Munculnya Rumah Sakit Jiwa
Pada abad ke-18 dan 19, lahirlah rumah sakit jiwa pertama di dunia. Salah satu yang terkenal adalah Bethlem Royal Hospital di London, atau yang lebih dikenal dengan nama Bedlam. Namun, kondisi di dalamnya jauh dari kata manusiawi.
“Pasien hanya diberi makan satu kali sehari dan dikurung di dalam ruangan lembap tanpa cahaya,” tulis Dr. Roy Porter dalam A Social History of Madness.
Era Modern: Gangguan Jiwa Diakui Sebagai Penyakit
Kini, penderita gangguan mental tak lagi dianggap “gila” dalam arti negatif. Mereka mendapatkan hak, perlakuan medis, dan dukungan sosial. Bahkan, Hari Kesehatan Jiwa Sedunia dirayakan setiap 10 Oktober sebagai bentuk kepedulian global.
Mitos vs Fakta Tentang Orang Gila
Banyak mitos berkembang di masyarakat soal gangguan mental. Mari kita luruskan beberapa di antaranya:
- Mitos: Gangguan jiwa disebabkan oleh kurang iman. Fakta: Banyak faktor biologis, genetik, dan lingkungan yang menyebabkan gangguan jiwa.
- Mitos: Orang gila tidak bisa sembuh. Fakta: Dengan penanganan yang tepat, banyak pasien bisa pulih total.
Jurnal Sejarawan dan Pentingnya Kajian Historis
Mengapa penting membahas jurnal sejarawan saat bicara soal gangguan mental? Karena catatan sejarah menunjukkan bagaimana persepsi manusia berubah seiring waktu. Dari dianggap “kerasukan” hingga kini dipahami secara ilmiah.
“Tanpa pemahaman sejarah, kita cenderung mengulang kesalahan yang sama dalam memperlakukan penderita,” ujar Prof. James Moran dari University of Leicester.
Kesimpulan: Memahami Masa Lalu untuk Masa Depan yang Lebih Baik
Pertanyaan tentang orang gila pertama di dunia yang mengalami sakit jiwa bukan hanya soal siapa, tapi juga bagaimana kita memandang kesehatan mental. Dari Nebuchadnezzar hingga pasien modern, semuanya menunjukkan satu hal: gangguan jiwa adalah bagian dari sejarah manusia yang harus dipahami, bukan dihakimi.
Disclaimer
Artikel ini disusun berdasarkan studi sejarah dan pendapat para ahli yang tercantum dalam berbagai jurnal sejarawan. Informasi yang disampaikan bertujuan untuk edukasi dan tidak menggantikan diagnosis medis profesional. Jika Anda atau orang terdekat mengalami gangguan kejiwaan, segera konsultasikan dengan tenaga medis atau psikiater.
Apakah kamu masih penasaran dengan sejarah lain yang belum banyak dibahas? Yuk, bagikan artikel ini agar lebih banyak orang paham pentingnya memahami kesehatan mental sejak dulu kala!
Leave a Reply